Saat pertama aku melihatnya rasanya biasa aja, tidak ada yang istimewa. Begitu pula denganku tampang pas-pasan dan gak punya apa-apa yang bisa di andalkan. Tapi sebagai orang yang beragama harus tetap bersyukur, karena seperti kata pepatah mengatakan "Syukuri apa adanya hidup adalah anugerah". So kita harus tetap bersyukur atas apa yang kita dapatkan dalam hidup ini.
Aku mengenalnya setelah aku di terima bekerja di tempat di mana dia bekerja. Ini awal yang baik untukku karena inilah pertama kali aku bekerja di perusahaan. Walaupun hanya sebagai buruh tapi tak apalah yang penting halal itulah prinsipku. Aku memutuskan bekerja karena aku tau orang tuaku tidak sanggup untuk membiayai jika aku melanjutkan pendidikanku keperguruan tinggi.
Ini suatu berkat Tuhan bagiku, karena aku tidak terlalu lama menganggur semenjak tamat dari SMA. Aku sangat senang bekerja disini. Hari pertama kerja aku masih adaptasi dengan rekan-rekan kerja yang baru kukenal. Pada umumnya mereka sangat ramah padaku meskipun ada saja yang agak sinis. Tapi aku pikir nanti lama kelamaan mereka juga akan ramah kepadaku.
Perkenalanku dengannya di mulai saat jam istirahat. Kebetulan kami istirahat pada jam yang bersamaan. Dia senyum kepadaku dan kubalas dengan senyuman terindah yang ku punya. Dia menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Mona : "Siapa Namamu?"
Fery :"Fery kak?"
Mona :"Kamu marga apa?"
Fery :"Simarmata, klo kakak siapa namanya?"
Mona :"Owh, Panggil aja kakak Mona?, Kakak boru silalahi"
Fery :"Berarti kita pariban donk soalnya mama aku boru silalahi" ,sahutku dengan nada bercanda
Mona :"Owh gitu yah, berarti gak usah panggil kakak donk panggil aja aku iban yeah", katanya sambil tersenyum
Setelah selesai istirahat aku dan rekan-rekan kembali bekerja sembari bergantian dengan yang lain untuk beristirahat. Hari ini aku medapatkan sedikit pengalaman hidup yang sangat berarti. Pukul 03.00 aku pulang ke rumah dan beristirahat. Selama tiga bulan ini aku akan di training dan memperolah gaji sebesar 15.000 perhari. Yah lumayanah buat makan itu sudah lebih dari cukup.
Keesokan harinya aku kembali bekerja dan minggu ini aku dapat shift siang. Secara kebetulan atau tidak jadwal kami dengan si iban sama. Semenjak dari situlah kami jadi sering bareng. Istirahat bareng, pulang bareng. Si iban ini orangnya cukup ramah dan cepat akrab dengan orang yang baru di kenalnya. Tak terasa 3 bulan sudah aku bekerja, itu artinya aku sudah siap di training dan siap tanda tangani kontrak baru. Aku sangat senang karena aku masih tetap bisa bekerja.
Sekian lama kami telah sering bersama dengan si iban neh begitu juga dengan teman yang lainnya. Kami semakin kompak, saling curhat dan bercanda bersama. Dari gerak-gerik si iban neh kayaknya dia ada hati samaku. Tapi aku merasakan sebaliknya. Satu hal yang gak ku suka darinya dia terlalu ramah sama setiap lelaki. Trus dia tuh orangnya egois dan keras kepala alias jugul. Setiap lelaki normal pastilah kita ingin punya pacar yang cantikdan seksi. Kayaknya cewek ini sesuai deh dengan kriteriaku. Namanya Lisa, dia teman kerjaku juga cuma kami beda shift. Aku cukup tertarik dengannya. Aku mencoba untuk sedikit perhatian dengannya berharap dia jatuh hati padaku.(wkwkwkwkwk ngarep bener neh)
Dari sedikit perhatian yang kuberi, nampaknya dia merespon dengan baik. Aku sangat senang saat dia di pindahkan ke shift kami. Kamipun jadi sering pulang bareng karena arah rumah kami juga sama. Lama kelamaan hasratku untuk memilikinya semakin menggebu dan ingin rasanya ku ungkapkan rasa cintaku kepadanya. Tapi aku masih ragu dan takut dan aku memilih waktu yang tepat. Aku juga sering mengajak dia makan bareng dan dia gak pernah menolak. Aku sudah tak sabar lagi ingin mengungkapkan cintaku padanya. Sampai suatu saat aku ngajak dia pulang bareng naik angkot. Sembari nunggu angkot datang aku mulai merayu dengan jurusku :
Fery :"Lis, Aku mo ngomong sesuatu ma kamu?", aku biasa memanggilnya Lis
Lisa :"ya udah ngomong aja, emang mau ngomong apaan? Kan dari tadi kita udah ngomong", guraunya sambil tersenyum.
Fery :"gak ini serius loh lis"
Lisa :"aku juga serius" sahutnya kembali
Fery :"Tapi kamu gak bakalan marahkan?"
Lisa :"Ngapaen aku mesti pake marah segala".
Fery :"Tapi aku mau kamu jawab yang jujur yeah, Kamu dah punya pacar gak???", tanyaku kepadanya..
Lisa :"Emang kenapa???", sahutnya
Fery :"Aku,,,A aa aa ku suka sama kamu"
Lisa :"Apah,,,,gak salah dengar neh"
Fery :"Gak lis ne serius, sumpah deh".
Lisa :"Maaf yeah aku bukannya gak suka sama kamu tapi,,,", tiba-tiba ada seseorang pria yang naik sepeda motor berhenti di depan kami dan langsung mengajak lis pulang dan dia pun mau.
Lisa :"aku duluan yeah", katanya. Dan merekapun pergi meninggalkanku.
Melihat itu hatiku miris dan sedih sekali. Untung saja angkot yang ku tunggu langsung datang. Kalau tidak aku bisa mati berdiri disana. Malam itu aku gak bisa tidur dan tetap kepikiran sama si dia. Keesokan harinya aku jadi malu melihatnya. Pingin rasanya aku tutup muka ini dengan topeng. Tapi aku harus tetap bekerja. Mulai dari situ aku mulai jaga jarak. Sampai suatu saat dia bilang samaku"Kita temen aja yeah, teman tapi mesra", katanya sambil tersenyum. Dan aku hanya bisa membalas dengan senyum.
Sekian lama aku telah nyuekin si iban. aku kembali kepangkuannya. Kami jadi sering bareng lagi. Kami sering smsan. Aku juga sudah curhat sama dia tentang Lis dan dia bilang "Kan masih ada aku", sambil tersenyum. Aku sering diajaknya main kerumahnya.Bahkan aku sudah kenal dengan kedau orang tuanya.Sore itu hujan deras dan kami mau pulang kerja. Kami sepayung berdua, bergandengan tangan dan bercanda sembari tertawa. Semenjak dari itu, perasaanku sama si iban mulai tak karuan. Aku merasa sudah mulai menemukan kecocokan dengannya. Seamapainya dirumah aku masih kepikiran dengannya, dan aku memutuskan untuk menelponya. Aku mulai menghujamkan rayuan gombal terhadapnya dan ia tampaknya cukup tergoda. Aku mengungkapkan perasaanku kepadanya lewat telepon, tapi dia gak terima. "klo kamu memang gentlemen kamu harus ngungkapinnya secara langsung", katanya. Keesokan harinya aku mengajaknya dinner. Kebetulan malam neh adalah malam minggu, hari yang pas buatku untuk mengungkapkan segalanya. Singkat certia akhirnya dia mau menjadi tambatan hatiku. Dan semenjak itulah aku berpacaran dengannya. Awalnya aku memang benci sama si iban tapi seiring berjalannya waktu perasaan itu berubah jadi cinta,,,,,
HA,,,HA,,,HA,,,HA,,,HA,,,HA,,,
Sekian dan terima kasih
Iseng-iseng buang suntuk,,,
NB : Nama sengaja di samarkan karena menyangkut privasi. Jika ada kesamaan nama tokoh saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Aku mengenalnya setelah aku di terima bekerja di tempat di mana dia bekerja. Ini awal yang baik untukku karena inilah pertama kali aku bekerja di perusahaan. Walaupun hanya sebagai buruh tapi tak apalah yang penting halal itulah prinsipku. Aku memutuskan bekerja karena aku tau orang tuaku tidak sanggup untuk membiayai jika aku melanjutkan pendidikanku keperguruan tinggi.
Ini suatu berkat Tuhan bagiku, karena aku tidak terlalu lama menganggur semenjak tamat dari SMA. Aku sangat senang bekerja disini. Hari pertama kerja aku masih adaptasi dengan rekan-rekan kerja yang baru kukenal. Pada umumnya mereka sangat ramah padaku meskipun ada saja yang agak sinis. Tapi aku pikir nanti lama kelamaan mereka juga akan ramah kepadaku.
Perkenalanku dengannya di mulai saat jam istirahat. Kebetulan kami istirahat pada jam yang bersamaan. Dia senyum kepadaku dan kubalas dengan senyuman terindah yang ku punya. Dia menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Mona : "Siapa Namamu?"
Fery :"Fery kak?"
Mona :"Kamu marga apa?"
Fery :"Simarmata, klo kakak siapa namanya?"
Mona :"Owh, Panggil aja kakak Mona?, Kakak boru silalahi"
Fery :"Berarti kita pariban donk soalnya mama aku boru silalahi" ,sahutku dengan nada bercanda
Mona :"Owh gitu yah, berarti gak usah panggil kakak donk panggil aja aku iban yeah", katanya sambil tersenyum
Setelah selesai istirahat aku dan rekan-rekan kembali bekerja sembari bergantian dengan yang lain untuk beristirahat. Hari ini aku medapatkan sedikit pengalaman hidup yang sangat berarti. Pukul 03.00 aku pulang ke rumah dan beristirahat. Selama tiga bulan ini aku akan di training dan memperolah gaji sebesar 15.000 perhari. Yah lumayanah buat makan itu sudah lebih dari cukup.
Keesokan harinya aku kembali bekerja dan minggu ini aku dapat shift siang. Secara kebetulan atau tidak jadwal kami dengan si iban sama. Semenjak dari situlah kami jadi sering bareng. Istirahat bareng, pulang bareng. Si iban ini orangnya cukup ramah dan cepat akrab dengan orang yang baru di kenalnya. Tak terasa 3 bulan sudah aku bekerja, itu artinya aku sudah siap di training dan siap tanda tangani kontrak baru. Aku sangat senang karena aku masih tetap bisa bekerja.
Sekian lama kami telah sering bersama dengan si iban neh begitu juga dengan teman yang lainnya. Kami semakin kompak, saling curhat dan bercanda bersama. Dari gerak-gerik si iban neh kayaknya dia ada hati samaku. Tapi aku merasakan sebaliknya. Satu hal yang gak ku suka darinya dia terlalu ramah sama setiap lelaki. Trus dia tuh orangnya egois dan keras kepala alias jugul. Setiap lelaki normal pastilah kita ingin punya pacar yang cantikdan seksi. Kayaknya cewek ini sesuai deh dengan kriteriaku. Namanya Lisa, dia teman kerjaku juga cuma kami beda shift. Aku cukup tertarik dengannya. Aku mencoba untuk sedikit perhatian dengannya berharap dia jatuh hati padaku.(wkwkwkwkwk ngarep bener neh)
Dari sedikit perhatian yang kuberi, nampaknya dia merespon dengan baik. Aku sangat senang saat dia di pindahkan ke shift kami. Kamipun jadi sering pulang bareng karena arah rumah kami juga sama. Lama kelamaan hasratku untuk memilikinya semakin menggebu dan ingin rasanya ku ungkapkan rasa cintaku kepadanya. Tapi aku masih ragu dan takut dan aku memilih waktu yang tepat. Aku juga sering mengajak dia makan bareng dan dia gak pernah menolak. Aku sudah tak sabar lagi ingin mengungkapkan cintaku padanya. Sampai suatu saat aku ngajak dia pulang bareng naik angkot. Sembari nunggu angkot datang aku mulai merayu dengan jurusku :
Fery :"Lis, Aku mo ngomong sesuatu ma kamu?", aku biasa memanggilnya Lis
Lisa :"ya udah ngomong aja, emang mau ngomong apaan? Kan dari tadi kita udah ngomong", guraunya sambil tersenyum.
Fery :"gak ini serius loh lis"
Lisa :"aku juga serius" sahutnya kembali
Fery :"Tapi kamu gak bakalan marahkan?"
Lisa :"Ngapaen aku mesti pake marah segala".
Fery :"Tapi aku mau kamu jawab yang jujur yeah, Kamu dah punya pacar gak???", tanyaku kepadanya..
Lisa :"Emang kenapa???", sahutnya
Fery :"Aku,,,A aa aa ku suka sama kamu"
Lisa :"Apah,,,,gak salah dengar neh"
Fery :"Gak lis ne serius, sumpah deh".
Lisa :"Maaf yeah aku bukannya gak suka sama kamu tapi,,,", tiba-tiba ada seseorang pria yang naik sepeda motor berhenti di depan kami dan langsung mengajak lis pulang dan dia pun mau.
Lisa :"aku duluan yeah", katanya. Dan merekapun pergi meninggalkanku.
Melihat itu hatiku miris dan sedih sekali. Untung saja angkot yang ku tunggu langsung datang. Kalau tidak aku bisa mati berdiri disana. Malam itu aku gak bisa tidur dan tetap kepikiran sama si dia. Keesokan harinya aku jadi malu melihatnya. Pingin rasanya aku tutup muka ini dengan topeng. Tapi aku harus tetap bekerja. Mulai dari situ aku mulai jaga jarak. Sampai suatu saat dia bilang samaku"Kita temen aja yeah, teman tapi mesra", katanya sambil tersenyum. Dan aku hanya bisa membalas dengan senyum.
Sekian lama aku telah nyuekin si iban. aku kembali kepangkuannya. Kami jadi sering bareng lagi. Kami sering smsan. Aku juga sudah curhat sama dia tentang Lis dan dia bilang "Kan masih ada aku", sambil tersenyum. Aku sering diajaknya main kerumahnya.Bahkan aku sudah kenal dengan kedau orang tuanya.Sore itu hujan deras dan kami mau pulang kerja. Kami sepayung berdua, bergandengan tangan dan bercanda sembari tertawa. Semenjak dari itu, perasaanku sama si iban mulai tak karuan. Aku merasa sudah mulai menemukan kecocokan dengannya. Seamapainya dirumah aku masih kepikiran dengannya, dan aku memutuskan untuk menelponya. Aku mulai menghujamkan rayuan gombal terhadapnya dan ia tampaknya cukup tergoda. Aku mengungkapkan perasaanku kepadanya lewat telepon, tapi dia gak terima. "klo kamu memang gentlemen kamu harus ngungkapinnya secara langsung", katanya. Keesokan harinya aku mengajaknya dinner. Kebetulan malam neh adalah malam minggu, hari yang pas buatku untuk mengungkapkan segalanya. Singkat certia akhirnya dia mau menjadi tambatan hatiku. Dan semenjak itulah aku berpacaran dengannya. Awalnya aku memang benci sama si iban tapi seiring berjalannya waktu perasaan itu berubah jadi cinta,,,,,
HA,,,HA,,,HA,,,HA,,,HA,,,HA,,,
Sekian dan terima kasih
Iseng-iseng buang suntuk,,,
NB : Nama sengaja di samarkan karena menyangkut privasi. Jika ada kesamaan nama tokoh saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
0 comments:
Post a Comment