• Dibandara Kuala Namu Air Port,,,Hu ida manis ni senyum mu,,,mambahen au targoda,,,
  • Hidup ini di ibaratkan hanya ada dua warna yaitu Hitam dan Putih, Anda memilih warna yang mana?
  • Natal Medicom 2014 di Pardede Hall,,, Damai Sejahtera Untuk Kita Semuanya...Amen...
  • On ma akka anak muda naso marhepeng,,,naeng senyum pe marmaol ateh dongan,,,alai asal ma horas-horas ateh
  • Belajar manjepret na ma au bah, atik boha boi mambukka usaha shooting video dohot photograper sogot ni haduan,,,hahahahaha

Tuesday, 28 January 2014

Juara 1 Lomba Marjalengkat Se Kecamatan

 Bulan agustus menjadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh bangsa indonesia kita tercinta ini. Kenapa saya bilang demikian?. Jawabannya cukup sederhana saja. Karena pada bulan inilah kita merayakan hari kemerdekaan bangsa ini. Dari ratusan tahun lamanya kita dijajah oleh Belanda dan Jepang akhirnya pada tanggal 17-8-1945 indonesia secara sah memproklamirkan kemerdekaannya. Itu berkat perjuangan dari para pejuang kita terdahulu. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa yang terlahir di era kemerdekaan ini wajiblah mengisi kemerdekaan dengan segudang prestasi yang bisa membanggakan bangsa sebagai tanda terimakasih kita kepada para pejuang bangsa yang telah mendahului kita. Saya bukannya sok nasionalis ataupun sok patriotis tetapi memang sudah salah satu kewajiban bagi kita sebagai warga negara indonesia. (heheheheheh,,,,)

Langsung saja ke inti cerita,,,
Pada bulan agustus beberapa tahun silam sewaktu saya masih duduk di bangku SMP tepatnya di SMP Negeri 2 Simanindo, kami mengikuti banyak perlombaan antar sekolah seperti lomba lari, bola volly, lari goni, sepak bola sampai lomba marjalengkat. Saya sendiri kebagian di lomba marjalengkat. Sebelumnya sudah diadakan seleksi dari beberapa siswa yang memiliki bakat marjalengkat dan terpilihlah 3 orang yang terbaik dan saya adalah salah satu diantaranya. Kami ada 2 orang laki-laki dan 1 perempuan. Kami harus berlatih keras sebelum pertandingan supaya bisa mempersembahkan trophy buat sekolah kami tercinta.(hahahahahhaha)

Besok akan ada pertandingan marjalengkat dan beberapa cabang olah raga lainnya. Persiapan kami sudah matang dan kami bertiga sudah siap untuk bertarung sampai titik darah penghabisan. Meskipun hanya perlombaan antar sekolah tapi bagiku ini tidak kalah meriah dengan even olah raga sekaliber SEAGAMES maupun OLIMPIADE.(wkwkwkwkwk)
Tepat pada jam 8.00 pagi, kami sudah di panggil dari kelas oleh bapak guru panitia. Kami berangkat satu bus ke ambarita. Setengah jam perjalanan akhirnya kami samapai juga di Lapangan Bola Ambarita. Suasana sudah tampak ramai. Peserta dari sekolah lainpun sudah tiba. Detak jantungku mulai berdetak kencang, aku mencoba mengambil nafas panjang supaya aku tidak kelihatan gugup. Cabang olahraga yang pertama diperlombakan adalah lari goni. Aku cukup senang karena aku belum mendapat giliran. Aku masih punya beberapa menit untuk mempersiapkan fisik dan mental. Aku terus menarik nafas panjang sambil berharap gugupku berkurang sedikit demi sedikit.

Lari goni sudah selesai, kini giliran kami yang akan bertanding. Jalengkatnya sudah disediakan oleh panitia. Semua peserta marjalengkat mengambil posisi untu melakukan pemanasan beberapa menit. Detak jantungku semakin cepat. Panitia sudah memulai aba-aba. Semua peserta mengambil posisi. Panitia terlebih dahulu memberitahukan peraturannya. Panitia menyuruh semua peserta mengambil posisi start. Kami semua sudah berdiri menggunakan jalengkat masing-masing. Panitia mulai menghitung maju 1,,,2,,,3. Aku langsung berlari sekencang-kencangnya sampai ujung lintasan. Semua teman-temanku memberikan semangat. Aku hanya fokus kegaris finish dan tak menoleh sedikitpun kesamping kiri dan kananku. Aku mengayunkan jalengkatku sejauh mungkin dan akhirnya aku menjadi juara satu disusul rekan satu SMPku di posisi ke dua dan kami hanya terpaut beberapa detik saja. Aku sangat senang, akhirnya aku bisa mempersembahkan sebuah tropy untuk sekolahku dan aku mendapatkan hadiah 1/2 lusin buku tulis lembar 78 serta sebuah sertifikat. Walaupun tak semegah Tropy liga Champion tapi bagiku ini sudah prestasi yang membanggakan diriku di mata teman-temanku. Semua teman-temanku memberi selamat kepadaku. Setelah semua cabang olahraga atletik di perlombakan, kamipun kembali ke sekolah. Aku cukup lega hari ini karena aku bisa juara marjalengkat se kecamatan simanindo dalam rangka mengisi hari kemerdekaan NKRI.

MERDEKA,,,

Monday, 27 January 2014

Memori di Parmahanan

Aku terlahir sebagai seorang anak petani yang tinggal di pedesaan terpencil di perbukitan samosir beberapa puluh tahun yang silam. "Marmahan" merupakan sebuah rutinitas yang tak terlewatkan atau bisa di bilang sebagai pekerjaan tetap. Bagiku menjadi seorang parmahan bukan sebuah hal memalukan, tapi bisa juga sebagai ajang untuk menguji kesabaran. Karena menurut saya mengawasi kebau-kerbau yang tak punya pikiran sangat membutuhkan kesabaran.


Kali ini aku dan teman-teman separmahanku sudah merencanakan dengan sangat matang kemana kami akan marmahan. Kami sudah mempersiapkan segala sesuatunya yang di perlukan nantinya di parmahanan, mulai dari kaleng roti, gula pasir 1/2 kg, sendok, pisau dan korek api. Kali ini rencana kami sedikit melenceng dari ajaran agama yang kami anut yaitu perintah yang ke-6 yaitu "Jangan mencuri".Kami nantinya berencana memasak kolak diparmahan. Semua bahan-bahan yang di perlukan sudah kami persiapakan sedemikian rupa. Hanya satu bahan lagi yang perlu kami pikirkan yaitu ubi kayu.


Setelah semuanya beres kami langsung bergegas membawa kerbau kmai masing-masing. Kami menuju sebuah perbukitan yang jaraknya lumayan jauh. Jaraknya tempuhnya kurang lebih 1 jam perjalanan. Nama tempatnya yaitu "SIANDUHUR". Disana rerumputan masih tampak hijau. Sesampainya disana kami langsung melepaskan kerba-kerbau kami ke padang rumput. Kebetulan kami ada sekitar 8 orang. Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar beserta 3 orang lagi sedangkan yang 4 orang lagi sudah duduk dibangku SMP. Tibalah saatnya pembagian kerja. Kami berempat yang masih duduk disekolah dasar bertugas untuk menjaga kerbau agar tidak masuk keladang orang dan mereka sudah SMP berbagi tugas, 2 orang yang menganbil kayu bakar dan 2 orang lagi bertugas untuk mencuri ubi kayu dari ladang tetangga yang berada dekat ke tempat itu. Semua rencana kami berjalan mulus. Mereka sudah tiba di tempat itu dengan selamat dengan meneteng beberapa potong ubi kayu ditangan dengan nafas terengah-engah.


Kami mulai menyalakan api, memotong ubi menjadi potongan kecil kemudian mencucinya dengan bersih dan langsung memasukkannya kedalam kaleng roti yang sudah kami sediakan. Menuggu kolak ubi ala parmahan masak kami menyempatkan diri bermain petak umpet sambil memperhatikan kerbau-kerbau jangan sampai ada yang melarikan diri. Setelah kolaknya matang kami mulai bingung dengan apa kami akan memakannya. Sementara kami tidak membawa piring dari rumah. Akhirnya kami mengambil daun pisang sebagai barang subtitusinya.


Setelah kolaknya matang diaduk, kemudian di campur dengan gula dan langsung di bagikan kedalam daun pisang yang sudah tersedia di depan kami. Rasanya tidak jauh beda dengan kolak-kolak ubi ala restoran terkenal sekaliber Garuda sekalipun. Salah seorang dari kami bertugas untuk menjaga kerbau. Dan diapun harus makan kolak belakangan. Karena saking enaknya kami sampai lupa untuk nyisain sama teman kami itu. Hanya tinggal kerak-keraknya saja. Dia sudah tidak sabar lagi untuk mencicipi kolak ala parmahan. Diapun datang menghampiri kami. Kami semua tersenyum, dia langsung melihat kaleng roti yang sudah kosong dan langsung menangis tersedu-sedu karena dia tidak kebagian sedikitpun. Dia langsung minta pulang. Kami memcoba membujuknya tapi dia sudah merajuk. Dia bilang akan memberitahukan kepada pemilik ladang ubi yang telah kami curi. Kami menjadi takut. kami terus berusaha membujuknya namun tak berhasil dan diapun terus ngotot akan memberitahukan kepada pemilik ladang itu supaya kami semua kena marah. Akhirnya kamipun harus sampai mengancamnya, kalau dia sampai memberitahukannya maka kami akan menghajarnya sampai mampus. Akhirnya dia mau juga mengurungkan niatnya. 


Sambil menunggu matahari terbenam kami bermain bersama, bermain bola dipadang rumput yang hijau. Kami harus menunggu sampai kerbau-kerbau bosan dengan menu hari ini. Setelah matahari mulai lelah memacarkan sinarnya kamipun bergegas pulang kerumah kami masing-masing. Hari ini sangat mengasikkan

dan cukup melelahkan. Beginilah keseharian kami yang memiliki profesi sebagai parmahan walaupun sedikit jahil tapi tidak jahil-jahil amat seperti anak-anak perkotaan yang menamakan mereka dengan sebutan "geng motor" terkenal sadis dan tak punya rasa belas kasihan.sama sekali.

Hidup parmahan,,,

NB: Marmahan=menggembalakan
        Parmahan=Gembala